Rabu, 13 April 2016

RESENSI BUKU & FILM

RESENSI BUKU

1.      IDENTITAS BUKU
Judul                           : Critical Eleven
Pengarang                   : Ika Natassa
Penerbit                       : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit                : Agustus 2015
Jumlah Halaman          : 344 Halaman

2.      TINJAUAN BUKU
Ika Natassa memang sudah dikenal sebagai penulis yang mudah membuat pembaca jatuh hati dengan tulisannya, salah satunya novel terbitannya ini Critical Eleven yang sebelumnya sudah pernah diceritakan menjadi sebuah cerpen yang berakhir begitu saja. Dari situlah Critical Eleven diceritakan lebih lengkap dengan novel, cerita yang mengisahkan seorang wanita berada dalam sebuah perjalanan dengan pesawat terbang yang kemudian bertemu dengan seorang lelaki yang akan menjadi kekasih dan kemudian menjadi suaminya.

            “Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu.”

            Dari situlah Ika Natassa mengibaratkan dengan pertemuan antarmanusia. Tiga menit pertama adalah saat paling menentukan, sebab saat itulah pertama kali kesan terhadap seseorang terbentuk. Sedangkan delapan menit sebelum berpisah, ada saat di mana kita memutuskan apakah pertemuan tersebut akan berlanjut ke arah yang lebih baik, atau sebaliknya, menjadi sebuah perpisahan yang dinanti-nanti.

            Tanya Baskoro (Anya) dan Aldebaran Risjad (Ale) bertemu dalam pesawat, setelah itu menjalin komunikasi rutin hanya 5 minggu yang kemudian mereka berpacaran dan tidak lama kemudian menikah. Memang terkesan sangat singkat, karena Ale yang bekerja di Rig tepatnya di Teluk Meksiko dan hanya mempunyai waktu 5/5 yaitu 5 minggu di Rig dan 5 minggu libur. Mereka pun menjalin hubungan jarak jauh. Walaupun demikian hubungan pernikahan mereka tetap harmonis.

            Hingga suatu tragedy yang menjadi mimpi buruk pasangan suami istri manapun, dimana Anya sangat kecewa dengan satu sikap Ale yang sampai saat ini belum bisa Anya maafkan dan merubah semua hubungan harmonis tersebut. Meskipun masih berstatus suami istri dan tinggal seatap, sebuah jarak tercipta diantara mereka.

            Critical Eleven merupakan novel karya Ika Natassa yang memiliki konflik paling menyesakkan dada. Kita dapat menyaksikan  para tokohnya bergelut dengan rasa kehilangan. Salah satu ciri Ika Natassa dimana dalam membuat karyanya selalu memerankan dirinya dalam multikarakter dan dalam hal ini dua sudut pandang (Anya dan Ale), sehingga tokoh mereka terasa nyata karena kita dapat meresakan emosi didalamnya dan dapat merasakan seakan-akan benar terjadi dalam hidup kita.

            Menggunakan alur maju mundur menjadi lebih menarik bagi Ika Natassa karena dapat membuat emosi pembaca jungkir balik. Pada klimaks cerita Anya dan Ale tidak dibuat cepat melainkan lebih dulu membangun rasa penasaran pembaca dengan situasi pernikahan mereka di masa kini yang banyak kita jumpai pada kenyataannya. Hingga pada suatu ketika munculah konflik kecil yang mengharuskan mereka memilih untuk menanggung rasa kehilangan mereka sendiri-sendiri yang ternyata membuat hubungan pernikahan mereka lebih parah.

            Pada novel ini terlihat jelas ciri khas Ika Natassa yaitu membeberkan fakta-fakta menarik seputar banyak hal baik budaya maupun pengetahuan umum terlebih pada kehidupan masa kini. Yang dapat membuat pada pembaca merasa enjoy dan tidak bosan dengan jalan cerita yang disajikan.


3.      KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
·         Kelemahan
-          Tidak dapat dibaca oleh semua umur (rekomendasi untuk remaja dan dewasa)
-          Ending masih menggantung / tidak klimaks
·         Kelebihan
-          Mengajarkan banyak nilai moral dalam percintaan hingga berumah tangga
-          Alur campuran yang rapih dan saling berkaitan/tidak dapat dipotong

4.      NILAI BUKU
Dalam cerita yang dituangkan dalam novel ini kita dapat mempelajari bagaimana cinta terbentuk hingga akhirnya dapat membentuk sebuah pernikahan. Sebuah pernikahan membutuhkan komitmen yang kuat dan rasa saling percaya diantara kedua belah pihak, termasuk saling percaya disaat sulit. Mungkin sebagian besar orang menganggap bahwa pernikahan adalah tujuan dan akhir dari kisah cinta yang panjang. Namun yang terjadi pada kenyataannya bahwa pernikahan merupakan awal langkah dari kehidupan kita dimana kita berusaha hidup dengan seseorang dan harus bisa menyatukan kedua isi pikiran menjadi satu. Tak jarang dari situ banyak pasangan yang akhirnya menyerah dengan hubungan pernikahan tersebut. Terlebih pada masa kini sudah banyak faktor yang dapat membuat rentan sebuah hubungan pernikahan.

Dari novel tersebut kita dapat belajar bagaimana mempertahankan sebuah pernikahan, sebuah keputusan yang sudah kita ambil sebelumnya dan harus tetap kita jalani bagaimanapun keadaannya. Bahwa hubungan cinta bukan hanya sekedar menuju pernikahan, namun kehidupan setelah pernikahan itu sendiri.





RESENSI FILM

1.      IDENTITAS FILM
Judul : The Good Dinosaur
Sutradara : Peter Sohn
Penulis Naskah : Peter Sohn, Erick Benson, Meg LeFauve, Kelsey Mann, Bob Peterson
Produser : Denise Ream
Pemeran : Raymond Ochoa, Jack Bright, Sam Elliott, Anna Paquin, A.J Buckley, Jeffrey Wright, Frances McDormand, Steve Zahn
Musik : Mychael Danna, Jeff Danna
Sinematografi : Meg LeFauve
Penyunting  : Stephen Schaffer
Studio  : Walt Disney
Distributor   : Walt Disney Studios, Motion Pictures
Tanggal Rilis : 10 November 2015
Durasi : 100 Menit
Negara : United States
Bahasa : Inggris
Produksi : Walt Disney Studios, Pixar Animation Studios

2.      TINJAUAN FILM
The Good Dinosaur dimulai dengan sebuah pengandaian, bagaimana jika dinosaurus tidak jadi punah dan tetap menghuni bumi selama jutaan tahun, sampai bisa hidup satu zaman dengan spesies manusia. Film ini pun melanjutkan pengandaian itu dengan cukup menarik sekaligus lucu. Bahwa para dinosaurus tersebut berevolusi sampai mampu memproduksi makanan sendiri, baik dalam hal bertani—termasuk membajak tanah dalam garis lurus, beternak, maupun membuat rumah sendiri, tanpa harus mengubah anatominya sebagai dinosaurus.

Tidak punahnya dinosaurus pun membuat bumi menjadi kaya akan spesies menarik. Mulai dari spesies cikal bakal unggas dan mamalia modern, serangga kecil maupun raksasa, dan tentu saja, manusia. Mengingat The Good Dinosaur mengambil sudut pandang dari para dinosaurus yang sudah 'beradab', maka manusia pun dianggap sebagai makhluk liar yang tak bisa bicara—karena memang masih primitif.

The Good Dinosaur sendiri berfokus pada sebuah keluarga dinosaurus herbivora berjenis Apatosaurus. Keluarga ini terdiri dari Henry sang ayah, Ida sang ibu, anak tertua Libby, anak tengah Buck, dan si bungsu Arlo. Bukan hanya dari urutan lahir, Arlo juga paling kecil dalam hal ukuran tubuh dan nyali dalam keluarganya. Alhasil, ia satu-satunya yang belum diperbolehkan mengecap tanda kakinya di lumbung keluarga.

Suatu ketika Arlo mencoba mengetes keberaniannya dalam menjaga persediaan makanan di lumbung keluarga, yang kerap dicuri oleh makhluk liar. Arlo panik ketika berhadapan langsung dengan seorang manusia kecil yang mencuri makanannya. Akibat kecerobohannya, Arlo pun terseret di sungai deras, sampai jauh dari rumahnya. Arlo lalu harus mencari cara untuk pulang, yang berarti juga ia mulai harus lebih berani dalam menghadapi segala sesuatu di alam liar. Ia tak sendiri, karena perlahan ia justru menjalin persahabatan dengan sang manusia kecil yang ditemuinya, yang kemudian diberi nama Spot.

Namun , di sisi lain, The Good Dinosaur justru jadi film yang sangat mudah dinikmati dan dipahami. Kesederhanaan kisahnya membuat penonton tak perlu sibuk mengartikan adanya perenungan atau makna bernada filosofis yang sering diselipkan dalam film. Tinggal duduk, melihat, dan rasakan nilai-nilai petualangan, persahabatan, dan keluarga dari cerita film ini.

3.      KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
·         Kelemahan
-          Alur agak datar (tidak terlalu klimaks)
-          Cerita terlalu sederhana
·         Kelebihan
-          Dapat ditonton oleh semua umur
-          Mengajarkan banyak pesan moral
-          Cerita mudah dipahami

4.      NILAI FILM
Keseluruhan pesan dari film ini sebenarnya cukup sederhana. Rubahlah dirimu sendiri dan kamu akan bisa merubahnya atau akan bisa mempelajari kehidupan yang sulit.
Pesan keberanian, kesetiakawanan dan kasih sayangnya juga digambarkan dalam film ini. dimulai dari pertemanan seorang anak dengan dinosaurus yang tadinya mereka saling membenci namun akhirnya dapat berteman dan dapat menjalani hidup bersama hingga akhirnya si dinosaurus dapat tumbuh menjadi lebih baik. Dan bahkan tokoh antagonis utama dalam film ini tidak diberikan kepada satu tokoh tertentu, tapi kepada keganasan alam.

Film ini juga diambil pada sudut pandang jika alam akan terus lestari dan alami tanpa ada satupun kerusakan terjadi. Dimana tidak ada namanya lubang pertambangan dan gak ada yang namanya kebakaran hutan ataupun kegiatan lainnya yang merusak ekosistem tumbuhan dan hewan.