RESENSI BUKU
1.
IDENTITAS
BUKU
Judul : Critical Eleven
Pengarang : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Agustus 2015
Jumlah Halaman : 344 Halaman
2.
TINJAUAN
BUKU
Ika
Natassa memang sudah dikenal sebagai penulis yang mudah membuat pembaca jatuh
hati dengan tulisannya, salah satunya novel terbitannya ini Critical Eleven
yang sebelumnya sudah pernah diceritakan menjadi sebuah cerpen yang berakhir
begitu saja. Dari situlah Critical Eleven diceritakan lebih lengkap dengan
novel, cerita yang mengisahkan seorang wanita berada dalam sebuah perjalanan
dengan pesawat terbang yang kemudian bertemu dengan seorang lelaki yang akan
menjadi kekasih dan kemudian menjadi suaminya.
“Dalam dunia penerbangan, dikenal
istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga
menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara
statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang
waktu sebelas menit itu.”
Dari situlah Ika Natassa mengibaratkan
dengan pertemuan antarmanusia. Tiga menit pertama adalah saat paling
menentukan, sebab saat itulah pertama kali kesan terhadap seseorang terbentuk.
Sedangkan delapan menit sebelum berpisah, ada saat di mana kita memutuskan
apakah pertemuan tersebut akan berlanjut ke arah yang lebih baik, atau
sebaliknya, menjadi sebuah perpisahan yang dinanti-nanti.
Tanya Baskoro (Anya) dan Aldebaran
Risjad (Ale) bertemu dalam pesawat, setelah itu menjalin komunikasi rutin hanya
5 minggu yang kemudian mereka berpacaran dan tidak lama kemudian menikah.
Memang terkesan sangat singkat, karena Ale yang bekerja di Rig tepatnya di
Teluk Meksiko dan hanya mempunyai waktu 5/5 yaitu 5 minggu di Rig dan 5 minggu
libur. Mereka pun menjalin hubungan jarak jauh. Walaupun demikian hubungan
pernikahan mereka tetap harmonis.
Hingga suatu tragedy yang menjadi
mimpi buruk pasangan suami istri manapun, dimana Anya sangat kecewa dengan satu
sikap Ale yang sampai saat ini belum bisa Anya maafkan dan merubah semua
hubungan harmonis tersebut. Meskipun masih berstatus suami istri dan tinggal
seatap, sebuah jarak tercipta diantara mereka.
Critical Eleven merupakan novel
karya Ika Natassa yang memiliki konflik paling menyesakkan dada. Kita dapat
menyaksikan para tokohnya bergelut dengan
rasa kehilangan. Salah satu ciri Ika Natassa dimana dalam membuat karyanya
selalu memerankan dirinya dalam multikarakter dan dalam hal ini dua sudut
pandang (Anya dan Ale), sehingga tokoh mereka terasa nyata karena kita dapat
meresakan emosi didalamnya dan dapat merasakan seakan-akan benar terjadi dalam
hidup kita.
Menggunakan alur maju mundur menjadi
lebih menarik bagi Ika Natassa karena dapat membuat emosi pembaca jungkir
balik. Pada klimaks cerita Anya dan Ale tidak dibuat cepat melainkan lebih dulu
membangun rasa penasaran pembaca dengan situasi pernikahan mereka di masa kini
yang banyak kita jumpai pada kenyataannya. Hingga pada suatu ketika munculah
konflik kecil yang mengharuskan mereka memilih untuk menanggung rasa kehilangan
mereka sendiri-sendiri yang ternyata membuat hubungan pernikahan mereka lebih
parah.
Pada novel ini terlihat jelas ciri
khas Ika Natassa yaitu membeberkan fakta-fakta menarik seputar banyak hal baik
budaya maupun pengetahuan umum terlebih pada kehidupan masa kini. Yang dapat
membuat pada pembaca merasa enjoy dan tidak bosan dengan jalan cerita yang
disajikan.
3.
KELEMAHAN
DAN KELEBIHAN
·
Kelemahan
-
Tidak dapat dibaca oleh semua umur
(rekomendasi untuk remaja dan dewasa)
-
Ending masih menggantung / tidak klimaks
·
Kelebihan
-
Mengajarkan banyak nilai moral dalam
percintaan hingga berumah tangga
-
Alur campuran yang rapih dan saling
berkaitan/tidak dapat dipotong
4.
NILAI
BUKU
Dalam cerita yang dituangkan
dalam novel ini kita dapat mempelajari bagaimana cinta terbentuk hingga akhirnya
dapat membentuk sebuah pernikahan. Sebuah pernikahan membutuhkan komitmen yang
kuat dan rasa saling percaya diantara kedua belah pihak, termasuk saling
percaya disaat sulit. Mungkin sebagian besar orang menganggap bahwa pernikahan
adalah tujuan dan akhir dari kisah cinta yang panjang. Namun yang terjadi pada
kenyataannya bahwa pernikahan merupakan awal langkah dari kehidupan kita dimana
kita berusaha hidup dengan seseorang dan harus bisa menyatukan kedua isi
pikiran menjadi satu. Tak jarang dari situ banyak pasangan yang akhirnya
menyerah dengan hubungan pernikahan tersebut. Terlebih pada masa kini sudah
banyak faktor yang dapat membuat rentan sebuah hubungan pernikahan.
Dari novel tersebut kita dapat
belajar bagaimana mempertahankan sebuah pernikahan, sebuah keputusan yang sudah
kita ambil sebelumnya dan harus tetap kita jalani bagaimanapun keadaannya.
Bahwa hubungan cinta bukan hanya sekedar menuju pernikahan, namun kehidupan
setelah pernikahan itu sendiri.
RESENSI FILM
1.
IDENTITAS
FILM
Judul : The Good Dinosaur
Sutradara : Peter Sohn
Penulis Naskah : Peter Sohn, Erick Benson, Meg
LeFauve, Kelsey Mann, Bob Peterson
Produser : Denise Ream
Pemeran : Raymond Ochoa, Jack Bright, Sam Elliott, Anna
Paquin, A.J Buckley,
Jeffrey Wright, Frances McDormand, Steve Zahn
Musik : Mychael Danna, Jeff Danna
Sinematografi : Meg LeFauve
Penyunting : Stephen Schaffer
Studio : Walt Disney
Distributor : Walt Disney Studios, Motion Pictures
Tanggal Rilis : 10 November 2015
Durasi : 100 Menit
Negara :
United States
Bahasa : Inggris
Produksi : Walt Disney Studios, Pixar Animation Studios
2.
TINJAUAN
FILM
The
Good Dinosaur dimulai dengan sebuah pengandaian, bagaimana jika dinosaurus
tidak jadi punah dan tetap menghuni bumi selama jutaan tahun, sampai bisa hidup
satu zaman dengan spesies manusia. Film ini pun melanjutkan pengandaian itu
dengan cukup menarik sekaligus lucu. Bahwa para dinosaurus tersebut berevolusi
sampai mampu memproduksi makanan sendiri, baik dalam hal bertani—termasuk
membajak tanah dalam garis lurus, beternak, maupun membuat rumah sendiri, tanpa
harus mengubah anatominya sebagai dinosaurus.
Tidak
punahnya dinosaurus pun membuat bumi menjadi kaya akan spesies menarik. Mulai
dari spesies cikal bakal unggas dan mamalia modern, serangga kecil maupun
raksasa, dan tentu saja, manusia. Mengingat The Good Dinosaur mengambil sudut
pandang dari para dinosaurus yang sudah 'beradab', maka manusia pun dianggap
sebagai makhluk liar yang tak bisa bicara—karena memang masih primitif.
The
Good Dinosaur sendiri berfokus pada sebuah keluarga dinosaurus herbivora
berjenis Apatosaurus. Keluarga ini terdiri dari Henry sang ayah, Ida sang ibu,
anak tertua Libby, anak tengah Buck, dan si bungsu Arlo. Bukan hanya dari
urutan lahir, Arlo juga paling kecil dalam hal ukuran tubuh dan nyali dalam
keluarganya. Alhasil, ia satu-satunya yang belum diperbolehkan mengecap tanda
kakinya di lumbung keluarga.
Suatu
ketika Arlo mencoba mengetes keberaniannya dalam menjaga persediaan makanan di
lumbung keluarga, yang kerap dicuri oleh makhluk liar. Arlo panik ketika
berhadapan langsung dengan seorang manusia kecil yang mencuri makanannya.
Akibat kecerobohannya, Arlo pun terseret di sungai deras, sampai jauh dari
rumahnya. Arlo lalu harus mencari cara untuk pulang, yang berarti juga ia mulai
harus lebih berani dalam menghadapi segala sesuatu di alam liar. Ia tak
sendiri, karena perlahan ia justru menjalin persahabatan dengan sang manusia
kecil yang ditemuinya, yang kemudian diberi nama Spot.
Namun
, di sisi lain, The Good Dinosaur justru jadi film yang sangat mudah dinikmati
dan dipahami. Kesederhanaan kisahnya membuat penonton tak perlu sibuk
mengartikan adanya perenungan atau makna bernada filosofis yang sering
diselipkan dalam film. Tinggal duduk, melihat, dan rasakan nilai-nilai
petualangan, persahabatan, dan keluarga dari cerita film ini.
3.
KELEMAHAN
DAN KELEBIHAN
·
Kelemahan
-
Alur agak datar (tidak terlalu klimaks)
-
Cerita terlalu sederhana
·
Kelebihan
-
Dapat ditonton oleh semua umur
-
Mengajarkan banyak pesan moral
-
Cerita mudah dipahami
4.
NILAI
FILM
Keseluruhan pesan dari film ini
sebenarnya cukup sederhana. Rubahlah dirimu sendiri dan kamu akan bisa
merubahnya atau akan bisa mempelajari kehidupan yang sulit.
Pesan
keberanian, kesetiakawanan dan kasih sayangnya juga digambarkan dalam film ini.
dimulai dari pertemanan seorang anak dengan dinosaurus yang tadinya mereka
saling membenci namun akhirnya dapat berteman dan dapat menjalani hidup bersama
hingga akhirnya si dinosaurus dapat tumbuh menjadi lebih baik. Dan bahkan tokoh
antagonis utama dalam film ini tidak diberikan kepada satu tokoh tertentu, tapi
kepada keganasan alam.
Film ini juga diambil pada sudut
pandang jika alam akan terus lestari dan alami tanpa ada satupun kerusakan
terjadi. Dimana tidak ada namanya lubang pertambangan dan gak ada yang namanya
kebakaran hutan ataupun kegiatan lainnya yang merusak ekosistem tumbuhan dan
hewan.